KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CA. LARING
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Karsinoma laring adalah suatu tumor yang terjadi pada daerah laring,yang dibagi 3 macam yaitu supra glotik, glotik dan infraglotik.Pada tumor yang supraglotik termasuk permukaan posterior epiglottis,plika ariepiglotik,dan plika ventrikularis ;pada tumor yang glotik termasuk korda vokalis, komisura anterior dan posterior,sedangkan pada karsinoma infraglotik termasuk jaringan dibawah korda vokalis sampai tepi bawah krikoid.
2. ETIOLOGI:
a. Faktor herediter.
b. Faktor non herediter:
1) faktor fisik, misal: sinar Ultra violet.
2) Faktor biologik, misal: virus, parasit, bakteri.
3) Faktor karsinogen.
3. KLASIFIKASI TUMOR:
a. Tumor primer (T):
Tis : karsinoma in situ.
T1 : Tumor 2 cm.
T2 : Tumor > 2 cm dan 4 cm.
T3 : Tumor > 4 cm.
T4 : Perluasan berat di sekelilingnya.
b. Pembesaran kelenjar limfe (N):
No : Tidak teraba kelenjar limfe.
N1 : Kelenjar limfe homolateral tidak terfiksasi.
N2 : Kelenjar limfe bilateral atau kontralateral tidak terfiksasi.
N3 : Kelenjar limfe terfiksasi.
Nx : Pembesaran kelenjar limfe tidak dapat dikaji, karena perluasan yang berat.
c. Metastase (M):
Mo : Tidak terdapat metastase.
M1 : Metastase ke kelenjar limfe di daerah sekitar.
M2 : Metastase dengan perluasan, sulit untuk dideteksi.
4. PATOFISIOLOGI
Pembengkakan
Neoplasma non-neoplasma
(tumor)
Maligna Benigna Kista Radang Hipertrofi
(kanker)
Karsinoma Sarkoma
Menyebar
Kontinuitatum Limfogen Hematogen Implantasi transluminal Iatrogenik
Sel ca keluar organ Sal limfe kapiler darah Dinding sal suatu system Tindakan medik
(sal cerna, nafas)
Infiltrasi ke organ metastasis kel. V. porta, v. kava, Masase, palpasi kasar,
sekitar Limf. Regional v. pulmonalis tindakan operasi
Masuk ke lumen
Perlekatan kel. Limfe. Metastasis
Hati, paru, skelet organ lain, rongga tubuh
5. PATOBIOLOGI
Efek tumor maligna:
Lokal sistemik
Bengkak TNF
Obstruksi pembuluh darah/organ berongga Katabolisme protein meningkat
Ulserasi (kulit/selaput lendir) Kakeksin meningkat
Nekrosis Kakeksi (BB turun)
Kehilangan darah (anemia) Gejala paraneoplastik
Kelemahan
Gangguan mobilitas fisik
Kurang perawatan diri
Resiko infeksi skunder
Hormonal pemb. drh Ginjal akibat lain Otot dan sendi Kulit jar. syaraf.
dan sums. Tlg
Kelemahan Ggn integritas kulit
Sindroma chusing Sindroma antidiuresis Polipeptida Ggn metabolik
(SIADH) - sitokin (SIADH, insufisiensi hepar,
- faktor petumbuhan hiperkalsemia)
Hiperkalsemia
Sindroma neurologik
Interleukin 1 TNF TGF (limfosit)
sentral perifer
Febris,anoreksia Anoreksia Hambatan pertumbuhan
Nyeri otot.
ACTH POMC/big ACTH
MSH,endorfin, enkefalin, H.lipotrop (-LPH)
Kelemahan otot, BB ,
Hipertensi, hipokalsemia berat, Gangguan pemenuhan nutrisi
Hiperglikemia.
Sindroma SIADH Hiperkalsemia
ADH/AVP, neurofysin, oksitosin Reabsorpsi tulang
Tubulus ginjal Nyeri, hiperkalsemia Nyeri
Retensi air Haus,poliuria, nausea, bingung
Somnolen, bingung, kejang. Dehidrasi Resiko defisit cairan
6. GEJALA KLINIS
Gejala subyektif:
a. Pembengkakan dan ulkus yang teraba.
b. Nyeri pada lidah.
c. Warna putih atau warna merah pada lidah.
d. Nyeri yang menyebar ke leher, rahang atau telinga.
e. Pembengkakan kelenjar di leher.
f. Kesukaran atau rasa nyeri pada waktu menelan.
g. Terjadi penurunan berat badan.
h. Keluarnya ludah dari mulut.
i. Cara bicara seperti ada kentang di tenggorokan.
Gejala makroskopik:
a. Pada fase permulaan terdapat perubahan selaput lendir dalam bentuk pembengkakan, rosi atau inflamasi.
b. Suatu leukoplakia mikroskopik dapat menunjukkan degenerasi maligna.
c. Pada stadium lanjut terjadi tumor papilomatosa yang tumbuh eksofitik, dengan pertumbuhan infiltratif yang biasanya masih terbatas, atau suatu ulkus dengan pinggir-pinggir yang meninggi dan pertumbuhan yang infiltratif di sekitarnya.
d. Pada pertumbuhan lebih lanjut, tumor dapat menyebabkan gangguan mobilitas lidah.
7. CARA PEMERIKSAAN
a. Inspeksi dan palpasi:
Perlu pemeriksaan kelenjar yang mencurigakan di leher. Pada tumor yang lebih besar dan menimbulkan rasa nyeri perlu pemeriksaan di bawah narkose.
Pemeriksana pelengkap mengarah kepada adanya defiiensi makanan (berat badan, protein serum), gangguan fungsi hepar (alcohol) dan paru (rokok) dan metastasis umum.
b. Rontgen:
Jika proses tumor berada dekat bagian skelet, foto gigi, ortopantomogram dan kalau perlu pemeriksaan CT.
Foto thoraks dalam dua arah mengarah kepada kemungkinan metastasis paru atau tumor primer yang kedua.
c. Pemeriksaan histopatologik:
d. Biopsi:
Dengan pemeriksaa di bawah narkose (vriescoupe).
e. Terapi pembedahan:
Menyertai pemeriksan vriescoupe dari permukaan irisan.
8. PENATALAKSANAAN
Karsinima lidah ynag kecil denga pembatasan yang jelas (T1, T2) dapat disembuhkan dengan baik dengan radioterapi maupun denga pembedahan. Terapi radioterapi interstitial/dari luar tidak menimbulkan mutilasi sehingga volume lidah sebesar mungkin dapat dipertahankan.
Peminum alcohol yang merokok berat cenderung tidak tahan dnegna terapi radiasi karena status nurisi yang kurang dan selaput lender dalam rongga mulut yang sangat minim dianjurkan untuk terapi pembedahan (hemiglosektomi/glosektomi parsial).
Untuk tumor yang lebih besar (T3, T4) ditambah dnegan adanya metastasis tulang dan kelenjar leher dipilih terapi kombinasi yaitu radioterapi dan pembedahan. Metastasis kelenjar leher ditangani dnegan pembedahan yaitu disseksi kelenjar leher dan sesudah itu berdasar lokalisasi, ukuran dan jumlah metastasis kelenjar pada umumnya dilakukan terapi radiasi post operatif.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN DATA FOKUS
Gejala subyektif:
a. Pembengkakan dan ulkus yang teraba.
b. Nyeri pada lidah.
c. Warna putih atau warna merah pada lidah.
d. Nyeri yang menyebar ke leher, rahang atau telinga.
e. Pembengkakan kelenjar di leher.
f. Kesukaran atau rasa nyeri pada waktu menelan.
g. Terjadi penurunan berat badan.
h. Keluarnya ludah dari mulut.
i. Cara bicara seperti ada kentang di tenggorokan.
Gejala Obyektif:
a. Gejala anemia, hipoalbumin pada kakeksi berat, hiponatremia, hiperkalsemia bila ada metastasis ke sumsum tulang.
b. Terdapat ulkus pada lidah, penurunan berat badan.
c. Pembengkakan pada kelenjar limfe leher bila metastasis secara limfogen ke daerah sekitar.
Gejala makroskopik:
a. Pada fase permulaan terdapat perubahan selaput lendir dalam bentuk pembengkakan, rosi atau inflamasi.
b. Suatu leukoplakia mikroskopik dapat menunjukkan degenerasi maligna.
c. Pada stadium lanjut terjadi tumor papilomatosa yang tumbuh eksofitik, dengan pertumbuhan infiltratif yang biasanya masih terbatas, atau suatu ulkus dengan pinggir-pinggir yang meninggi dan pertumbuhan yang infiltratif di sekitarnya.
d. Pada pertumbuhan lebih lanjut, tumor dapat menyebabkan gangguan mobilitas lidah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari kleuarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
b. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis (mis. Kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup.
c. Gangguan harga diri b/d biofisikal; kecacatan bedah, efek kemoterapi atau radioterapi; Psikososial: ancaman kematian, perasaan kurang control dan ragu mengenai penerimaan oleh orang lain, dan takut serta ansietas.
d. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras sarfa, inflamasi); efek samping berbagai agen terapi saraf.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi, radiasi, mis: anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan rasa, mual; distress emosional, keletihan, control nyeri buruk.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (mis. Selang dwelling, luka); status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
g. Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
h. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder dan imunosupresi, mis: supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis baik kemoterapi dan radiasi); malnutrisi, proses penyakit kronis; prosedur invasif.
i. Kurang pengethauan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajnan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
3. RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional Evaluasi
a. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari kleuarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.
Kaji derajat ansietas.
Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentag kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.
Tingaktakan rasa tenang dan lingkungan tenang.
Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan diamna diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.
Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.
Memudahkan istirahat, menghemat neergi dan meningkatkan kemmapuan koping.
Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif. - Berkurangnya perasaan gugup dan khawatir.
- Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan.
- Posisi tubuh rileks.
- Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan.
b. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis (mis. Kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup.
Pasien dapat mengontrol perasaan berduka. Kaji perasaan berduka. Jelaskan proses sesuai kebutuhan.
Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah, penolakan. Akui normlaitas perasaan ini.
Sadari perubahan alam perasaan, bermusuhan dan perilaku tidak tepat, perbaiki pikiran negative.
Sadari depresi yang melemahkan. Tanyakan pasien pertanyaan langsung tentang status pikiran.
Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit dan pengobatan dan berikan informasi sesuia permintaan. Bersikap jujr, jangan memberikan harapan palsu saat memberikan dukungan emosional.
Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri/situasi dan system pendukung.
Dorong partisipasi dalam perawatan dan pengobatan. Pengethauan tentang proses berduka memperkuat normlaitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka.
Pasien merasa terdukung mengekspresi perasaan dengan memahmai konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dialami orang lain dalam situasi sulit ini.
Indikator koping tidak efektif dan kebutuhan terhadap intervensi tambahan. Pencegahan tidakan destruktif memungkinkan pasien mempertahankan control dan rasa harga diri.
Penelitian menunjukkan bahwa bebrapa pasien kanker beresiko tinggi terhadap bunuh diri. Mereka secara khusus rentan bila baru didiagnosa/pulang ke rumah.
Pasien/orang tredekat mendapat keuntungan dari informasi factual. Individu dapat mengajukan pertanyaan langsung tentang kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa infomasi benar.
Mengenali sumber ini memberi kesempatan melalui perasaan berduka.
Memungkinkan pasien mempertahankan control terhadap kehidupan.
- Mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dengan tepat.
- Melanjutkan aktifitas kehidupan normal, melihat kea rah/merencanakan masa depan, mengharapkan untuk hari ini saja.
- Mnegungkapkan pemahman tentang proses menjelang ajal dan perasaan didukung dalam melalui berduka.
c. Gangguan harga diri b/d biofisikal; kecacatan bedah, efek kemoterapi atau radioterapi; Psikososial: ancaman kematian, perasaan kurang control dan ragu mengenai penerimaan oleh orang lain, dan takut serta ansietas.
Pasien dapat menunjukkan peningkatan harga diri. Diskusikan dengan pasien bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien dan aktifitas kerja.
Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dnegan pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek pada aktifitas seksual dna rasa ketertarikan/keinginan, mis. Alopesia, kecacatan bedah. Beritahu pasien bahwa tidak semua efek samping terjadi.
Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami, berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien.
Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama test diagnostic dan fase pengobatan.
Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan memeprthanakan kontak mata.
Kolaborasi:
Rujuk pasien pada kelompok pendukung (bila ada). Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
Bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi pada status baru dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, mis. Membeli wig sebelum radiasi, jadwal waktu libur sesuai indikasi.
Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
Membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang.
Meskipun beberapa pasien beradaptasi dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
Pemastian individualitas dan penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang ketidakamanan dan keraguan diri.
Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/orag terdekat, memberikan kontak dengan pasien lain dengan kanker pada berbagai tingkatan pengoabtan atua pemulihan. -
- Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
- Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
- Mendemonstrasikan adaptasi terhadap perubahan/kejadian yang telah terjadi yang dibuktikan oleh penyusunan tujuan realistis dan partisipasi aktif dalam kerja/bermain/hubungan personal dnegan tepat.
d. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras sarfa, inflamasi); efek samping berbagai agen terapi saraf.
Pasien dapat mengontrol nyeri. Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Evaluasi terapi tertentu, mis. Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pasien apa yang diharapkan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi.
Donog penggunaan keterampilan manajmeen nyeri, mis. Teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum, mis. Nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala, tergantung pada prosedur/agen yang digunakan.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.
Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS. - Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/control dengan pengaruh minimal pada AKS.
- Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan.
- Mendemonstarsikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi untuk status individu.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi, radiasi, mis: anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan rasa, mual; distress emosional, keletihan, control nyeri buruk.
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. Pantau masukan makanan setiap hari.
Ukur TB, BB dan ketebalan lipatan kulit (pengukuran antropometrik). Pastikan jumalh penurunan BB saat ini. Timbang BB setaip hari atau sesuai indikasi.
Doorng pasien untuk makan diet TKTP dengan masukan cairan adekuat.
Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Beriakn antiemetik pada jadwal regular sebelum/sesudah makan. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan engulkuran antropometrik kurang dari normal.
Kebutuhan jaringan metabolic ditungkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa).
Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi muali secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetik. Perubahan lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan mungkin efektif.
Mual/muntah paling menurunkan kemmapuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stress. - mendemonstrasikan BB stabil, penambahan BB progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individu pada masukan adekuat.
- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik unutk merangsang nafsu makan/peningkatan masukan diet.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (mis. Selang dwelling, luka); status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
Kekurangan volume cairan tidak terjadi. Pantau masukan dan haluaran dan berat jenis. Hitung keseimbangan 24 jam.
Timbang BB sesuai indikasi.
Pantau tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler.
Kjai turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan haus.
Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV sesuai indikasi. Keseimbanagn cairan negative terus-menerus, menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine menunjukkan terjadinya dehirasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
Pengukuran sensitive terhadap fluktuasi keseimbangan cairan.
Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan.
Membantu dalam memelihara kebuthan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.
Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, mis. Mual/muntah atau nefrotoksitas. Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vial stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit, pengisian kapiler cepat dan haluaran urine adekuat secara individual.
g. Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
Pasien dapat mengontrol keletihan yang terjadi. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.
Buat tujuan aktifotas realistis dengan pasien.
Dorong pasien utnuk melakukan apa saja bila mungkin, mis. Mandi, duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktifitas sesuai dnegan kemampuan.
Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas, mis. Perubahan pada TD atau frekuensi jantung/pernafasan.
Doorng masukan nutrisi. Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/mengurangi pemakaiann neergi. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi ektif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
Memberikan rasa control dan perasaan mampu menyelesaikan.
Meningkatkan kekuatan stamina dan memampukan pasien manjadi lebih aktif tanpa kelelahan berarti.
Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktifitas.
Melakukan AKS dan berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan.
h. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder dan imunosupresi, mis: supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis baik kemoterapi dan radiasi); malnutrisi, proses penyakit kronis; prosedur invasif.
Infeksi skunder tidak terjadi. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada ruang isolasi sesuia indikasi.
Tekankan higienen personal.
Pantau suhu.
Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinyu.
Ubah posisi dengan sering, pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan.
Tekankan pentingnya hygiene oral yang baik.
Hindari/batasi prosedur invasive, taati teknik septic. Lindungi pasien dan sumber-sumber infeksi, seperti: pengunjung dan staf yang mengalmai infeksi.
Membantu potensial sumber infeksi/pertumbuhan skunder.
Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor, mis. Efek samping kmeoterapi, proses penyakit atau oinfeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.
Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.
Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit (sisi potensialuuntuk pertumbuhan bakteri).
Membatasi keletihan, mendoorng gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi statis. Mis. Pneumonia, dekubitus, dan pembentukan thrombus.
Terjadinya stomatitis meningkatkan resiko terhadap infeksi/pertumbuhan skunder.
Menurunkan resiko kontaminai, membatasi entri portal terhadap agen infeksius. - Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegha/mengurangi infeksi.
- Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya.
i. Kurang pengethauan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajnan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan. Tentuakn persepsi pasien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan tenatng pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.
Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dnegan jelas.
Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, lama terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan efek samping. Bersikap jujur dengan pasien.
Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan diet serta latihan teratur.
Anjurkan pasien memperhatikan perawtan rambut, mulut dan kebersihan tubuh secara umum.
Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhanbelajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.
Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yag diterima. Informasi akurat dan detail membnatu menghilangkan rasa takut dan ansietas.
Memperbaiki konsistensi feses dan merangsnag peristaltic.
Mencegha kerusakan dan terjadinya infeksi skunder.
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dnegna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan. - Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkatan kesipaan diri sendiri.
- Melakukan denagn benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alas an tindakan.
- Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan pengobatan.
- Mengidentifikasi/menggunakan sumber yang tresedia dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
2. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. C.J.H Van De Velde, F.T. Bosman, D.J.Th.Wagener (1999), Onkologi, Panitia Kanker RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
4. Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan – Eva (2000), Oftalmologi Umum, Widya Medika, Jakarta.
5. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
6. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
7. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
8. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
9. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
11. Verena Tschudin (1990), Nursing The Patient With Cancer, The Oncology Nursing Society of The Royal College of Nursing, Cambrige.
sekian sharing ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CA. LARING
harap maklum bila masih banyak kekurangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar