LAPORAN PENDAHULUAN GASTRO ENTERITIS (GE)
ASKEP KEPERAWATAN GASTRO ENTERITIS (GE)
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRO ENTERITIS (GE)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GASTRO ENTERITIS (GE)
A. Pengertian GASTRO ENTERITIS
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram sehari. Beberapa kasus klien mengalami peningkatan kekerapan dan kenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun waktu sehari (Soeparman 1990).
B. Faktor pencetus timbulnya diare
1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada usus(obat pencahar/ lansansia)
3. Perubahan pergerakan dinding usus.
C.
Adanya cairan yang sulit di serap atau dengan tekanan osmotik koloid yang tinggi.
- Hormon.
- Toksin.
Pathofisiologi GASTRO ENTERITIS
Menarik dan menahan cairan serta garam di dalam usus.
- Merangsang sekresi aktif.
- Menghambat penyerapan ion-ion.
- Peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Peningkatan atau penurunan peristaltik usus
Bertambahnya perkembang biakan bakteri dalam usus
Kontak antara permukaan usus halus dengan makanan berkurang
Makanan cepat di kirim ke kolon.
Kolon akan mengosongkan isinya
Pengosongan kolon secara prematur akan mempersingkat waktu kontak dengan makanan
Volume dan keenceran tinja akan bertambah.
(Soeparman 1990)
D. Gejala klinik GASTRO ENTERITIS
- Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
- Berak kadang bercampur dengan darah.
- Tinja yang berbuih.
- Konsistensi tinja tampak berlendir.
- Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
- Penderita merasakan sekit perut.
- Rasa kembung.
- Kadang-kadang demam.
E. Pendekatan diagnosis dari aspek tinja
1. Volume tinja yang banyak à diare berasal dari kelainan usus halus dan permulaan usus besar.
2. Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta kekerapan buang air besar) à kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid dan rektum.
3. Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah à peradangan usus besar.
4. Tinja yang berbau busuk à menunjukan adanya pembusukan asamamino yang tidak diserap.
F. Pemeriksaan GASTRO ENTERITIS
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.
2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema à skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
G. Penatalaksanaan GASTRO ENTERITIS
1. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di anjurkan untuk menghindari susu.
2. Pengaturan obat-obatan
H. Pengkajian GASTRO ENTERITIS
1. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare, serta bio- psiko- sosio- spiritual.
2. Keluhan dan pemeriksaan fisik
- Nyeri/ kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus.
- Malaise.
- Kadang demam.
- Peningkatan pengeluaran tinja.
- Adanya lendir atau pus di dalam tinja.
- Anoreksia.
- Penurunan berat badan.
- Obstruksi intestinal.
- Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah).
- Tinja yang lembek atau cair.
- Flatus.
I. Masalah dan rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi defekasi (diare) berhubungan dengan proses peradangan pada usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam frekwensi dan konsistensi tinja.
a. Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan buang air besar (frekwensi dan konsistensi).
b. Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
c. Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
d. Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
e. Kurangi makan atau minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
f. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus.
g. Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.
2. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan diare
Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
b. Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
c. Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.
e. Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin, peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.
3. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan atau berkurangnya kemampuan usus dalam melakukan absorbsi makanan.
Tujuan : selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat
a. Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien (berdasarkan usia dan berat badan).
b. Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut dan berkalori tinggi à kasar kemudian biasa).
c. Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.
d. Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat menimbulkan diare (makanan yang berlemak, pedas, susu)
e. Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika pasien mengalami mual.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram pada abdominal
Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang
a. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
b. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa cara untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
d. Observasi keluhan serta TTV.
5. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara terus menerus
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan
a. Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.
b. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat terlentang.
d. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
e. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
f. Observasi keadaan kulit sekitar bokong.
DAFTAR PUSTAKA
Caine, Randy Marion, 1987, Nursing Care Planning Guides For Adult, USA Baltimore: William & Wilkins.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
POSTED BY : gayuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar